Selama saya mengajar, bisa dihitung dengan jari sebelah
tangan, jumlah siswa di kelas yang doyan atau bahkan berani untuk bertanya.
Bahkan ketika diadakan talk show di
sekolah pun hanya sedikit yang mau bertanya. Itu pun kadang karena mereka
diiming-imingi dengan bingkisan dari sponsor yang khusus menyediakan bingkisan
itu bagi siswa yang bertanya. Bahkan ketika saya memancing dengan penjelasan
yang bikin penasaran pun, mereka tidak bertanya. Setidaknya harapan saya, minimal mereka bilang
“Kenapa?” atau “Kok gitu?” lah. Tapi ini diam sama sekali. Lalu saya jadi
penasaran, apakah jangan-jangan waktu kecil orang tua atau keluarga
disekelilingnya pernah melarang, membentak, atau memarahi mereka ya waktu lagi
bertanya.
Saya sih belum pernah membaca langsung penelitian yang
membuktikan hal itu. Tetapi kalau dipikir-pikir rasanya masuk akal juga sih. Makanya
ketika anak saya yang sekarang berusia 3 tahun sudah mulai cerewet nanya ini itu, mau nggak mau ya harus saya
tanggapi. Apapun isi pertanyaannya biarpun itu aneh, absurd, retoris,
pertanyaan nggak jelas, bahkan
konyol pun ya tetap harus diladeni.
Pernah waktu jalan bareng di pelataran mall, anak saya
melihat anak yang memiliki kelainan fisik di bagian matanya (juling). Tiba-tiba
aja dong dengan suara keras dia nanya, “Pa, kenapa dia ngeliatinnya
begitu sih?”
Waduh, untungnya itu anak, emak, dan orang-orang di sekelilingnya pada nggak ngerti bahasa Indonesia. Tapi masalahnya ini anak nggak cuma nanya, tapi pake nunjuk ke
mata itu orang segala. Dalam situasi
itu saya tidak mungkin memberi penjelasan lengkap dan tepat saat itu juga.
“Sssstttt… Kei lihat di sana ada apa tuh!” kata saya refleks
berusaha mengalihkan pertanyaan si bocah. Berhasil teralihkan sih, tapi semenit
kemudian pikirannya kembali ke pertanyaan awal.
“Pa… Papa tadi belum jawab, kenapa olang itu ngeliatinnya
begitu banget?”
Yo wiss.. akhirnya
tetep juga deh harus ada waktu khusus untuk menjawab karena Keisha pasti tidak
pernah puas dengan satu jawaban. Sementara untuk memberikan satu jawaban yang
tepat, sederhana, dan mudah dia mengerti saja harus mikir-mikir. Jadilah kami seperti sedang wawancara. Keisha sebagai
wartawan dan papanya sebagai narasumber.
Papa : Anak itu
matanya sakit.
Kei : Sakit kenapa?
Papa : Dia nggak bisa liat kayak Keisha dan kayak orang-orang yang normal.
Kei : nolmal itu
apa Pa? *nah lho kan malah nanya definisi,
masa kudu jawab
berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
Papa : Normal itu seperti
Keisha, Mama, Papa, dan orang-orang lain yang bisa
melihat dengan sempurna.
Kei : Iya tapi kenapa dia nggak bisa liat kayak
Keisha? *jiaah balik ke
pertanyaan pertama.
Papa : Karena Allah menciptakan
setiap orang tidak sama.
Kei : Kenapa nggak sama?
Papa : Supaya kita harus bersyukur, terima kasih sama Allah karena dikasih
sehat
Kei : Supaya mata
Keisha ngeliatnya nggak kayak begitu?
Papa : Iya. Tapi kita
juga tetap harus mau berteman dan main sama
mereka.
Kita nggak boleh sombong dan nggak boleh mengejek mereka.
Kei : Nggak kok,
tadi kan aku cuma nanya gitu doang kok. *mulai
ngeyel nurun
dari papanya.
Papa : Iya tapi nggak boleh nanya keras-keras sambil nunjuk
di depan orangnya
Kei : Kenapa nggak boleh?
Papa : Nanti orang
itu nggak seneng, bisa marah, dan nggak mau bereteman
sama Keisha.
Kei : Oh gitu ya Pa. Okey *berpikir kalau dia sudah paham penjelasan papanya,
tapi …
Kei : Kalo dia malah nanti aku main sama Hana aja kalo gitu.
Papa :
%$^#*^%!@@%(+_(&&%%#@$$^???...
*kok jadi begitu konklusinya ya?
Dilematis? Ya nggak juga
sih. Lebih baik capek meladeni pertanyaan, daripada nantinya Keisha menjadi
anak yang pendiam, malu bertanya dan sesat di jalan. Masalahnya tinggal kembali
ke saya yang harus harus ekstra sabar menanggapi dan yang terpenting bisa
memberikan jawaban yang tepat dengan bahasa yang sederhana. Tapi untuk hal yang
terakhir ini sepertinya saya dan istri memang harus buka-buka buku dan belajar
lagi. Karena baru-baru ini Keisha punya pertanyaan baru ke mamanya:
“Islam itu apa
sih?"
“Allah itu kayak apa?”
“Muhammad itu siapa
sih?"
"Sulga itu apa?"
"Nelaka itu apa?"
"Kenapa olang harus baik?"
No comments:
Post a Comment