Wednesday, September 12, 2012

Pidato Pengantar Bobo


Kalau bicara soal pemberitaan media yang serba lebay itu sih memang sudah kerjaannya awak media. Kalau tidak lebay, pastinya berita itu pasti tidak akan laku, nggak ada yang baca atau nonton. Tapi saya mau membahas salah satu pemberitaan lebay media tentang teguran SBY kepada anak yang tidur saat mendengarkan pidatonya dalam rangka Hari Anak Nasional.

“SBY Marahi Anak yang Tidur saat Mendengarkan Pidatonya” begitu salah satu judul berita di salah satu media. Kalau melihat judulnya saja, setiap orang pasti heboh. Kesannya, keterlaluan banget seorang presiden ngomelin anak. Tapi karena saya sudah hapal gaya-gaya lebay-nya media, penasaran saya cari videonya di Youtube.  Hasilnya, sesuai dugaan saya: ternyata memang beritanya yang lebay. Kalau lihat videonya di sini sih nggak ada tuh penampakan SBY yang marah. *sekali-kali kan saya ngedukung SBY gitu.

Buat saya, menegur anak yang seperti itu sih sudah kebiasaan sehari-hari di kelas. Jangankan anak tertidur, kalau ada anak yang mulai ngantuk di kelas saja sudah saya tegur dan saya suruh cuci muka. Kalau saya jadi presiden, tentu saya akan senasib dengan SBY: jadi korban pemberitaan lebay.

Bagi media, pidato SBY jelas sangat berharga sebagai bahan berita. Sementara bagi saya, pidato beliau saya akan coba andalkan untuk media pembelajaran bahasa Indonesia : memahami isi pidato.

Bukan tanpa alasan saya memilih pidato SBY sebagai bahan ajar. Saya masih ingat betul, sebelum menjadi presiden, tepatnya ketika menjadi menteri, beliau pernah dinobatkan menjadi salah satu pejabat negara yang paling memiliki tutur bahasa Indonesia yang sangat baik. Meskipun belakangan saya menyayangkan pidatonya ketika menjadi presiden kini lebih banyak bertabur istilah-istilah bahasa asing, hal itu tidak mengubah penilaian saya terhadap kemampuan berbahasa Indonesia beliau ini. *ciiiyeehh… ngedukung SBY lagi nih ceritanya.

Sampailah pada saat saya memberikan materi pemahaman pidato di kelas XI SMA. Sebelum pidato itu saya putarkan, siswa di kelas itu sudah lebih dahulu heboh membicarakan berita di media tentang SBY yang marah-marah saat pidato. Makanya mereka pun lebih heboh lagi ketika saya berniat memutarkan pidato SBY.

“Yaah Pak, jangan pidato itu Pak,” pinta mereka.

Boring Pak, ngantuk” kata yang lain protes.

“Sekarang ini peran kalian adalah sebagai pendengar. Sebagai pendengar, kita harus memiliki kemampuan memahami isi pidato yang disampaikan seseorang dengan cara dan gaya apapun. Jika kalian hanya mau dan mampu memahami isi pidato dari orang yang punya gaya tertentu saja, kualitas kalian dalam menangkap informasi tidak akan terlatih dan meningkat. Jadi sekarang dengarkan!” kata saya dengan sedikit memaksa.

Rekaman pidato SBY berdurasi 18 menit pun saya putarkan. Lima menit berlangsung, 3 siswa mulai menguap, 2 yang lain mulai mengucek-ngucek mata. Lewat sepuluh menit berikutnya, 3 siswa mulai merebahkan kepalanya di atas meja, 2 siswa ada yang hampir tertidur, dan seorang yang duduk paling depan mencoba menggunakan ibu jari dan telunjukknya untuk menahan matanya agar tetap terbuka. Tiga menit jelang pidato berakhir, 7 dari 17 siswa hampir tidak bisa menahan kantuknya, dan satu siswa akhirnya benar-benar tertidur pulas.

Tetapi semua itu udah saya duga. Karena itu, saya pun tidak memarahi mereka yang mengantuk atau pun tertidur pulas. Lagipula yang saya lakukan itu awalnya hanyalah sebuah uji coba untuk menjawab rasa penasaran  saya saja. Ya, rasa penasaran terhadap respon anak didik saya terhadap pidato SBY yang mereka dengarkan. Apakah mereka memiliki respon  yang sama dengan anak-anak yang “dimarahi” SBY seperti yang diberitakan media tadi? Jawabannya sudah terbukti sama: mereka mengantuk. Trus kalau sudah tahu jawabannya mau ngapain? Mau buat penelitian tentang manfaat pidato SBY  bagi penderita insomnia? *sungguh sebuah uji coba yang tidak penting sebenarnya.

Karena tidak ingin anak didik saya terlalu lama menjadi “kelinci percobaan”, saya langsung fokus pada tujuan utama materi pembelajaran saya.

“Baik, Bapak akan putarkan sekali lagi pidato tadi. Kalian yang tadi tertidur beruntung tidak ditegur langsung oleh SBY. Jika sekali lagi kalian tertidur pun Bapak tidak akan memarahi. Tapi, kalian sendiri yang akan rugi karena setelah pidato ini akan Bapak akan berikan pertanyaan tentang isi pidato tadi yang harus kalian jawab dengan tepat. Itu semua akan menjadi nilai ujian praktik harian kalian,” jelas saya.

Suasana kelas pun berubah dengan 17 siswa yang duduk rapi, tekun dan antusias mendengarkan rekaman pidato dari Presiden kebanggaannya itu. Ya, memang harus ada stimulus yang tepat untuk mendapatkan respon yang Anda harapkan.