Kalau
bicara soal pemberitaan media yang serba lebay
itu sih memang sudah kerjaannya awak media. Kalau tidak lebay, pastinya berita itu pasti tidak akan laku, nggak ada yang baca atau nonton. Tapi
saya mau membahas salah satu pemberitaan lebay
media tentang teguran SBY kepada anak yang tidur saat mendengarkan pidatonya
dalam rangka Hari Anak Nasional.
“SBY
Marahi Anak yang Tidur saat Mendengarkan Pidatonya” begitu salah satu judul
berita di salah satu media. Kalau melihat judulnya saja, setiap orang pasti
heboh. Kesannya, keterlaluan banget seorang
presiden ngomelin anak. Tapi karena
saya sudah hapal gaya-gaya lebay-nya
media, penasaran saya cari videonya di Youtube. Hasilnya, sesuai dugaan saya: ternyata memang
beritanya yang lebay. Kalau lihat videonya di sini sih nggak ada tuh penampakan SBY yang marah. *sekali-kali kan saya ngedukung SBY gitu.
Buat
saya, menegur anak yang seperti itu sih sudah kebiasaan sehari-hari di kelas. Jangankan
anak tertidur, kalau ada anak yang mulai ngantuk di kelas saja sudah saya tegur
dan saya suruh cuci muka. Kalau saya jadi presiden, tentu saya akan senasib
dengan SBY: jadi korban pemberitaan lebay.
Bagi
media, pidato SBY jelas sangat berharga sebagai bahan berita. Sementara bagi
saya, pidato beliau saya akan coba andalkan untuk media pembelajaran bahasa
Indonesia : memahami isi pidato.
Bukan
tanpa alasan saya memilih pidato SBY sebagai bahan ajar. Saya masih ingat
betul, sebelum menjadi presiden, tepatnya ketika menjadi menteri, beliau pernah
dinobatkan menjadi salah satu pejabat negara yang paling memiliki tutur bahasa
Indonesia yang sangat baik. Meskipun belakangan saya menyayangkan pidatonya
ketika menjadi presiden kini lebih banyak bertabur istilah-istilah bahasa
asing, hal itu tidak mengubah penilaian saya terhadap kemampuan berbahasa
Indonesia beliau ini. *ciiiyeehh… ngedukung
SBY lagi nih ceritanya.
Sampailah
pada saat saya memberikan materi pemahaman pidato di kelas XI SMA. Sebelum
pidato itu saya putarkan, siswa di kelas itu sudah lebih dahulu heboh
membicarakan berita di media tentang SBY yang marah-marah saat pidato. Makanya
mereka pun lebih heboh lagi ketika saya berniat memutarkan pidato SBY.
“Yaah
Pak, jangan pidato itu Pak,” pinta mereka.
“Boring Pak, ngantuk” kata yang lain
protes.
“Sekarang
ini peran kalian adalah sebagai pendengar. Sebagai pendengar, kita harus
memiliki kemampuan memahami isi pidato yang disampaikan seseorang dengan cara
dan gaya apapun. Jika kalian hanya mau dan mampu memahami isi pidato dari orang
yang punya gaya tertentu saja, kualitas kalian dalam menangkap informasi tidak
akan terlatih dan meningkat. Jadi sekarang dengarkan!” kata saya dengan sedikit
memaksa.
Rekaman pidato SBY berdurasi 18 menit pun saya putarkan. Lima menit berlangsung, 3 siswa mulai menguap, 2 yang lain mulai mengucek-ngucek mata. Lewat sepuluh menit berikutnya, 3 siswa mulai merebahkan kepalanya di atas meja, 2 siswa ada yang hampir tertidur, dan seorang yang duduk paling depan mencoba menggunakan ibu jari dan telunjukknya untuk menahan matanya agar tetap terbuka. Tiga menit jelang pidato berakhir, 7 dari 17 siswa hampir tidak bisa menahan kantuknya, dan satu siswa akhirnya benar-benar tertidur pulas.
Tetapi
semua itu udah saya duga. Karena itu, saya pun tidak memarahi mereka yang
mengantuk atau pun tertidur pulas. Lagipula yang saya lakukan itu awalnya
hanyalah sebuah uji coba untuk menjawab rasa penasaran saya saja. Ya, rasa penasaran terhadap respon
anak didik saya terhadap pidato SBY yang mereka dengarkan. Apakah mereka
memiliki respon yang sama dengan
anak-anak yang “dimarahi” SBY seperti yang diberitakan media tadi? Jawabannya
sudah terbukti sama: mereka mengantuk. Trus
kalau sudah tahu jawabannya mau ngapain?
Mau buat penelitian tentang manfaat pidato SBY bagi penderita insomnia? *sungguh sebuah uji coba yang tidak penting sebenarnya.
Karena
tidak ingin anak didik saya terlalu lama menjadi “kelinci percobaan”, saya
langsung fokus pada tujuan utama materi pembelajaran saya.
“Baik,
Bapak akan putarkan sekali lagi pidato tadi. Kalian yang tadi tertidur
beruntung tidak ditegur langsung oleh SBY. Jika sekali lagi kalian tertidur pun
Bapak tidak akan memarahi. Tapi, kalian sendiri yang akan rugi karena setelah
pidato ini akan Bapak akan berikan pertanyaan tentang isi pidato tadi yang harus
kalian jawab dengan tepat. Itu semua akan menjadi nilai ujian praktik harian
kalian,” jelas saya.
untung pak gurunya gak ikut tidur juga. Hehehe
ReplyDeletecoba dikasih rekaman pidato bung karno, dijamin melek smua tuh.
Sebelum masuk kelas untungnya saya udah ngopi duluan Mbak. Bener emang kalo pidato Soekarno pasti bikin melek. Kalo yang jaman sekarang pidato yg lumayan meledak-ledak dan ceplas ceplos mungkin Dahlan Iskan ya. :)
Delete