Thursday, June 7, 2012

Kaos Kaki Kevin

Tidak biasanya, Kevin, siswa kelas VI SD yang sehari-harinya selalu ceria, pagi itu terlihat murung. Berdasarkan pengalaman *jadi guru juga baru 5 taun udah sok berpengalaman* kita harus hati-hati menghadapi anak yang mengalami perubahan sikap dalam sekejap. Kita nggak bisa secara tiba-tiba bertanya “kenapa”. Karena perubahan sikap yang tidak lazim secara tiba-tiba itu biasanya pasti dipengaruhi oleh masalah yang besar dan kompleks sehingga jelas butuh proses bagi si anak untuk mau menjelaskan penyebabnya.

Biasanya kalau guru yang sudah berpengalaman *sekali lagi tidak merujuk ke saya lho ya* kala menjumpai siswanya yang tiba-tiba seperti itu, dia pasti tidak langsung bertanya “kenapa”. Karena toh percuma pasti sia anak tidak akan langsung menjawab. Kecuali kalau hubungan emosional si anak dengan gurunya sangat dekat, paling tidak biasanya si anak yang akan bicara duluan.

“Bu, saya mau curhat.” *sambil nunggu timing air mata yang ngumpul di kelopak matanya tumpah.

 Lantas Bu Guru itu pasti membalas, “Lho kamu kenapa? Yuk kita ngomong di ruangan Ibu!”

Sebaliknya, kalau si anak itu memiliki hubungan emosional yang nggak dekat, karena si anak sungkan sama gurunya atau mungkin ya memang nggak dekat *masa mau dipaksa-paksain buat deket* biasanya gurunya yang nyamperin.

“Kamu, habis pelajaran ini ke ruangan saya ya!” dengan nada horor. *sebenarnya ini pengalaman pribadi waktu masih berstatus murid, hiks…

Karena itu saudara-saudara, saya tidak mau menirukan perlakuan guru saya itu terhadap Kevin yang duduk tepat dihadapan saya. Maka ya saya diam saja sambil rada-rada kepo menanyakan masalah Kevin ke teman yang duduk di belakangnya.

Ini trik dari saya sudara-saudara *sombong. Kalau mau Knowing Every Particular Object alias kepo soal tingkah laku aneh pada salah seorang siswa Anda, bertanyalah kepada guru BK teman-temannya.

Ini fakta loh, biasanya anak lebih terbuka sama teman-temannya dari pada sama guru BK, kecuali kalau guru BK di sekolahnya asyik dan kooperatif (dalam arti positif). Sementara tidak semua sekolah yang punya guru BK yang seperti itu. Tapi kalau mencari teman yang asyik, di setiap sekolah pasti ada. Dan di sini kuncinya, teman yang asyik belum tentu bisa tahan untuk menjaga rahasia. Apalagi terhadap gurunya. Jadi dengan sedikit bujukan pasti temannya akan buka mulut diakhiri dengan footnote :

“Tapi Bapak jangan bilang-bilang kalau ini dari saya ya!”

Hehehehe keren kan. Tapi sejauhmanakah metode ini berhasil diterapkan untuk mencari tahu penyebab murungnya si Kevin? Jawabannya : tidak sama sekali membantu saudara-saudara.

Namun tidak berselang 5 menit jawaban itu datang dengan sendirinya lewat Bu Ani, staf tata usaha sekolah yang tiba-tiba minta izin masuk ke kelas.

“Kevin, ini kaos kakimu yang baru ya.”

“Lalu kaos kaki yang punya saya mana Bu?” kata Kevin dengan suara bergetar.

“Ibu minta maaf, yang lama pun sudah hilang. Tak mungkin lah dicari. Sudah lah, kan sudah diganti yang baru dan lebih bagus,” jawab Bu Ani sambil meninggalkan kelas.

Tangis Kevin pun tak bisa lagi ditahan. Teman-temannya saling celingangk-celinguk heran. Ealaaah pantesan trik saya nggak berhasil, lha wong teman-temannya saja nggak tahu apalagi saya.

“Sudahlah Kevin kamu tidak usah sedih. Kita harus mengikhlaskan apapun milik kita yang hilang. Allah juga janji akan memberikan ganti yang lebih baik apabila kita ikhlas. Dan terbuktikan sekarang kamu sudah mendapatkan ganti kaos kaki yang baru dan lebih bagus.”

Kevin tetap menangis sambil menundukkan kepalanya di atas meja. Tangisnya semakin kencang. Namun, tiba-tiba ia mengangkat kepalanya. Dengan mata yang bengkak dan berderai air mata, Kevin menatap saya.
  
“Biar butut, itu kaos kaki hadiah dari nenek saya Pak. Saya sudah menyia-nyiakan pemberian nenek saya.”

Byarrrr… seketika teman-temannya yang awalnya kasak-kusuk kepo, jadi ada yang mulai ikutan mewek.

“Kamu tidak usah berpikir bahwa kamu telah menyia-nyiakan pemberian dari nenek kamu Kevin. Nenek kamu pun pasti tidak akan marah kalau tahu hal ini. Toh ia juga pasti tahu kalau kamu sedih kehilangan kaos kaki pemberiannya. Percaya deh sama Bapak.”

“Iya Pak, nenek saya memang tidak akan marah. Tapi pasti papa saya yang akan marah,” volume tangisnya tambah kencang.

“Lho kenapa? Itu bukan kesalahan kamu Kevin. Toh bukan kamu yang menghilangkan kaos kakimu. Orang tua kamu tentu tidak akan memarahi kamu. Apalagi Bapak yakin mereka tahu kalau kamu sangat menghargai pemberian orang.”

“Bapak nggak tahu gimana papa saya sih. Kalau saya telat mandi satu menit saja langsung ditedang. Kalau papa saya bertengkar dengan mama, saya yang jadi sasaran dilempar asbak,” jawab Kevin setengah berbisik seolah ingin segera membungkam gurunya yang sok tahu.

Dan ini yang akhirnya saya lakukan biar nggak ketahuan speechless:

“Anak-anak, hari ini Kevin telah memberikan kita sebuah contoh yang baik tentang bagaimana seharusnya kita menghargai pemberian orang lain. Selama ini tanpa disadari kalian ada yang masih tidak menjaga barang-barang milik kalian di sekolah. Padahal kalian tahu kan bahwa barang-barang itu adalah pemberian orang tua kalian. Jadi mulai sekarang jagalah barang milik kalian masing-masing.” *kalimat terakhir sepertinya salah fokus nih.

No comments:

Post a Comment